Halaman

Powered By Blogger

Sabtu, Januari 15, 2011

Narkoba, sexs Bebas di Jatinangor

BANDUNG (Pos Kota)- Meski polisi terus meringkus pemakai, pengedar dan bandar narkoba, namun bisnis dunia menyesatkan ini tetap marak. Bahakn kini yang terjerat peredaran narkoba sudah menyusup ke berbagai lapisan masyarakat. Mahasiswa misalnya, calon intelektual, tak luput dari target pemasaran dan korban narkoba. Bahkan, tak sedikit mahasiswa yang ditangkap lantaran memakai atau pengedar narkoba. Berdasar data dari Dit Narkoba Polda Jabar jumlah barang bukti dan tersangka narkona tahun 2010 naik dibanding tahun sebelumnya. Kapolda Jabar Irjen Pol Suparni Parto, menyebutkan, 2010 pihaknya berhasil mengungkap 5.319 kasus narkoba, dan naik dibanding tahun sebelumnya hanya 5.264 kasus. “ Jumlah kasus narkoba mengalamik kenaikan 55 kasus atau mencapai 1,04 persen dibanding tahun sebelumnya,”. Kapolda mengakui, tahun 2010 ganja dan shabu-shabu merupakan jenis narkoba yang pemasarannya cukup tinggi. Kedua jenis narkoba ini sudah masuk ke kalangan mahasiswa atau pelajar. Tahun 2009 jumlah ganja yang diamankan 2 ton, kemudian 2010 naik jadi 3 ton. Begitu pula shabu-shabu, tahun 2009 polisi menyita 237 gram, dan tahun 2010 melonjak menjadi 864 gram. “ Kedua jenis ini perkembangannya sangat tinggi dan peredarannya sudah mampu menyentuh kalangan pelajar dan mahasiswa,” kata Kapolda. Pernyataan Kapolda, bukan hanya ada dalam catatan dan laporan akhir tahun. Kenyataanya, pelajar yang terlibat narkoba, kini terus bertambah, dan ini menandakan jika kampus sudah dibidik bandar menjadi sasaran bisnis. Yang menyengangkan lagi, narkoba pun kini sudah masuk ke kos-kosan mahasiswa di Bandung dan di kawasan pendidikan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Bahkan, Kasat I Dit Narkoba Polda Jabar AKBP H. Kunto Prasetyo, sudah menduga kuat jika Jatinangor, kini sudah menjadi target bandar untuk memasarkan narkoba. Laporan mahasiswa pesta narkoba sudah banyak, namun saat polisi menggerebeknya, mereka berhasil ditangkap namun tak memiliki bukti. “ Mahasiswa yang ditangkap rata-rata hanya postif mengkonsumsi setelah di tes urine, sedang barang buktinya tak ada,” katanya. Olehkarena itu , Kunto, memprediksi kuat Jatinangor, merupakan target kedua pengedar untuk melakukan bisnis narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa. Pengedar bisa berbisnis di dalam kampus melibatkan jaringan yang ada atau mereka mengedarkan barang di kos-kosan menggunakan jaringan yang sama. “ Diharapkan mahasiswa Jatinangor harus lebih waspada,” pintanya. Kunto mengakui, beberapa hari ini jajarannya menangkap sembilan mahasiswa FIKOM Unpad yang kedapaten usai menjalani pesta narkoba. Meski polisi yang menggeladah di tempat kos mereka, tak mendapatkan barang bukti namun mereka bisa ditahan lantaran postif mengkonsumsi narkoan setelah menjani tes urine. Penangkapan sembilan mahasiswa itu pun membuat kalangkabut sejumlah orang tua dan kampus Unpad di Jatinangor. Bahkan, Pembantu Dekan III (Kemahasiswaan) Drs Aceng Abdullah, M.Si, terpaksa turun tangan ke Polda Jabar untuk melakukan pengecekan. “ Kami berharap mahasiswa Unpad khsususnya Fikom harus lebih waspada dalam berteman. Jika ada teman menitipkan barang supaya ditolak saja siapa tahu isinya narkoba kemudian kita bisa terjebak,” pinta Aceng. Aceng mengaku kesulitan memantau karena mereka menyewa kamar di luar kampus. Kapolsek Jatinangor, Kompol Sunyoto, menegaskan, persoalan yang terjadi di Jatinangor kini kian kompleks. Persoalan kriminalitas bukan hanya sekedar pencurian, perampokan dan penjambretan, melainkan sudah sampai ke tingkat peredaran narkoba, dan dugaan ke arah penyimpangan seks bebas. “ Kami banyak menerima laporan mengenai narkoba dan seks bebas. Tapi masih kesulitan untuk mencari pembuktiannya,”. Untuk mengantisipasi persoalan tadi, Kapolsek mengaku terus melakukan patroli lingkungan kemudian meningkatkan kordinasi dengan penjaga atau pemilik kos-kosan mahasiswa. Yang menjadi kendala, kata dia, banyak kos-kosan yang disewakan ke mahasiswa tapi pemiliknya berada di luar kota. Mereka hidup di kamar secara bebas, tanpa ada yang memantau. Olehkarenanya, kapolsek meminta supaya orang tua mencari kamar kos untuk anaknya yang ada pemilik atau yang menunggu. “ Jika ada pemilik mereka tak akan berbuat seenaknya dan tamu pun bisa terdeteksi,”. Mulyawan,45, tokoh pemuda Jatinangor, mempaparkan, mahasiswa yang terlibat narkoba, serta seks bebas, rata-rata yang kos di rumah yang tak ada pemiliknya. Mereka merasa hidup bebas sehingga bebuat apapun bebas. “ Kami sudah empat kali tahun 2010 menggerebegktempat kos karena diduga dijadikan lahan seks bebas,” akunya. Kos-kosan yang disewakan dan tak dijaga pemilik rata-rata dijadikan sarang seks bebas dan peredaran narkoba. Olehkarea itu, Mulyawan, meminta kepada orang tua yang mengkoskan anaknya di Jatinangor supaya mencari kamar yang ada dan dijaga pemiliknya. “ Jangan mengizinkan mahasiswa kos di rumah yang tanpa pemilik. Walau pun terpaksa, harus dikonntrol minimal sebulan sekali,” pintanya. Memang, Mulyawan menuturkan, perkembangan Jatinangor, kini kian pesat. Perkembangan yang tak diimbangi kekuatan sector lain akan menyebabkan adanya kepincangan. Terbukti, pesatnya perkembangan kota ini, banyak pengusaha yang berinvestasi membangun kos-kosan mahasiswa tanpa memberikan perhatian kepada si pengontrak. “ Bahayanya pengusaha itu hanya mencari keuntungan semata tanpa berfikir panjang mengenai si penghuni jika dibiartkan hidup bebas di kos-kosan itu,”. (dono darsono/B) http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/01/09/narkoba-seks-bebas-di-jatinangor

Berharap, Opak Jadi Ikon Rancaekek

Sabtu, 15 Januari 2011
Berharap, Opak Jadi Ikon Rancaekek
RANCAEKEK,(GM)-
Pihak Kec. Rancaekek, Kab. Bandung berharap dan akan terus mengupayakan agar makanan ringan opak dan kolontong bisa menjadi salah satu ikon Rancaekek.

"Upaya akan dilakukan dengan terus menggenjot para perajin opak dan kolontong dengan mengupayakan agar mendapat kucuran bantuan dari Pemkab Bandung," kata Camat Rancaekek, Drs. Meman Nurjaman kepada "GM", Jumat (14/1), terkait keberadaan opak dan kolontong Linggar, Rancaekek yang para perajinnya membutuhkan dana bantuan.

Menurut Meman, para perajin makanan khas tersebut banyak yang mengeluhkan permodalan. Sementara sentra opak dan kolontong tersebut sudah banyak dikenal. Bukan hanya oleh warga Jabar, tapi juga warga Jatim, Jateng, dan Sumatra.

Dikatakan Meman, untuk melestarikan sekaligus mengembangkan opak dan kolontong agar menjadi ikon Rancaekek, pihaknya pun telah membahasnya di jajaran muspika, bahkan di lingkungan Pemkab Bandung. Mengingat setiap kecamatan harus mempunyai produk unggulan baik makanan ataupun kerajinan.

Opak dan kolontong produk Desa Linggar, lanjut Meman, dibuat para perajin secara turun-temurun dan hingga saat ini masih banyak yang menggelutinya. "Hanya, yang jadi kendala saat ini untuk pengembangan agar opak dan kolontong menjadi ikon Rancaekek adalah dana,"jelasnya.

Untuk langkah awal mengembangkan tersebut, tambah Meman, Seksi Pemberdayaan Masyarakat di kantor Kec. Rancaekek telah ditugaskan untuk mengumpulkan data jumlah para perajin opak dan kolontong di Rancaekek, khususnya di Desa Linggar. Setelah didata, para perajin ini mendapat pelatihan.

Sementara itu rencana menjadi opak dan kolontong sebagai ikon Rancaekek disambut antusias para perajin di Desa Linggar dan Desa Sukamulya, Kec. Rancaekek. Salah seorang perajin opak di Kp. Jelegong, Desa Sukamulya, Endah (75) menyatakan, dirinya sangat bangga dan bersyukur.

"Mudahan-mudahan saja langkah yang akan dilakukan jajaran Kec. Rancaekek segera terealisasi. Masalahnya, opak dan kolontong produksi Rancaekek ini sudah lama dikenal dan perlu dilestarikan. Hanya terus terang saja, bukan hanya saya, para perajin umumnya membutuhkan modal," tuturnya. (B.46)**
Read more: http://www.bum1.info/2012/04/cara-membuat-navigasi-paging-halaman.html#ixzz1uCGuelcy