Halaman

Powered By Blogger

Minggu, September 06, 2009

Gempa Bumi dalam Alquran

* Oleh Hami Mujadid Irsyad


Di tengah-tengah umat Islam memasuki hari ke-12 bulan suci Ramadhan (2/9), terjadi gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,3 SR. Episentrum 143 km barat daya Tasikmalaya itu menimbulkan kerusakan massif di wilayah Jawa Barat bagian selatan. Gempa juga dirasakan di hampir seluruh kota di Pulau Jawa termasuk Jakarta.

Data terakhir menunjukkan 42 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Ribuan bangunan rusak bahkan roboh. Meski berkekuatan besar, namun gempa tidak berpotensi tsunami. Alat Deteksi Dini Tsunami (TEWS) di Pelabuhan Ratu, Sukabumi sempat berbunyi 10 detik kemudian mati. Gempa berpusat di 143 km barat daya Tasikmalaya dengan kedalaman 30 km dan di 8,24 lintang selatan serta 107,32 bujur timur.

Diperkirakan gempa diakibatkan subduksi (tumbukan) antara lempengan Australia-India dengan Eurasia pada kedalaman sekitar 30 kilometer di dalam Samudera Hindia. Lempeng Australia-India merupakan lempeng samudera yang selalu bergerak ke utara dan kecepatan setiap tahunnya 7-10 cm. Namun di utara telah dihadang lempeng raksasa Eurasia yang merupakan lempeng gabungan antara benua Eropa dan Asia. Terjadilah subduksi antara keduanya.
Tubrukan keduanya selain menimbukan gempa, juga semakin meninggikan Pegunungan Himalaya hingga 8,8 km dan memperdalam palung laut Samudera Hindia seperti palung laut Filipina hingga kedalaman 11 km.

Meski ada subduksi di antara kedua lempeng benua itu, diperkirakan gempa yang kuat tersebut tidak akan memengaruhi aktivitas gunung berapi di Jawa Barat seperti Galunggung, Guntur, Papandayan, Tangkuban Perahu, serta gunung-gunung berapi lain.

Namun Anak Gunung Krakatau masih terus mengeluarkan letusan hingga 74 kali. Tetapi letusan itu terjadi jauh sebelum gempa sehingga bukan karena adanya gempa tersebut. Sebab gempa yang ditimbulkan anak gunung Krakatau termasuk gempa vulkanik, sementara gempa Tasikmalaya termasuk gempa tektonik.

Gempa bumi terdiri dari tiga macam, yakni gempa vulkanik yang disebabkan gunung berapi. Gempa vulkanik terjadi saat gunung berapi meletus, sebelum atau sesudahnya. Hancurnya kota Pompei di Italia tahun 79 M diakibatkan gempa vulkanik sesudah meletusnya Gunung Vesuvius. Sementara gempa runtuhan terjadi karena runtuhnya gua-gua di dalam perut bumi. Biasanya terjadi di pegunungan kapur atau daerah tambang. Gempa tektonik adalah paling dahsyat.

Gempa tektonik terjadi karena adanya dislokasi (pergeseran) lapisan kulit bumi. Gempa tektonik pernah menghancurkan kota Lisabon (Portugal) dan San Fransisco (AS) serta Mexico City (Meksiko). Sedangkan gempa Yogyakarta (2005) yang menewaskan 5 ribu orang dan menghancurkan 200 ribu bangunan juga termasuk gempa tektonik.
Gempa Dahsyat
Terjadinya gempa bumi termasuk ayat kauniyah yang berkaitan dengan alam sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana, bumi, bulan, matahari dan alam semesta merupakan ayat kauniyah. Bahkan pada diri manusia sendiri juga merupakan ayat kauniyah.

Selain ayat kauniyah, ada juga ayat Alquran yang turun pada abad 7 lalu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad. Meski turun di padang pasir Makkah yang gersang, namun secara menakjubkan Alquran telah membicarakan gempa secara tepat. Ilmu geologi dan vulkanologi modern baru mengetahuinya pada abad ke-19 lalu.

’’Apabila bumi telah digoncangkan dengan gempanya (goncangannya) yang terdahsyat. Dan bumi mengeluarkan segala isinya yang berat (Surat Az- Zalzalah, ayat 1 dan 2).’’

’’Dan apabila bumi telah terulur pecah. Dan dikeluarkannya segala isinya dan dikosongkannya apa-apa yang di dalamnya (Surat Al-Insyiqaaq, ayat 3 dan 4).’’
’’Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung (Surat Asy-Syuura, ayat 32).’’

’’Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka ia tetap di tempatnya, padahal ia bergerak seperti awan (Surat An-Naml, ayat 88).’’

Kitab Suci Alquran pada abad ke-7 lalu telah menyebutkan bentuk bumi adalah bulat seperti telur burung onta sebagaimana disebutkan dalam surat An-Naazi’at ayat 30. ’’Dan bumi sesudah itu dibentuk-Nya menyerupai telur burung onta. Kata ’’daha’’ pada ayat tersebut mengandung arti meluaskan untuk kata kerja. Sedangkan untuk kata benda ad-dahy berarti telur burung onta. Padahal dunia barat baru mengetahui bentuk bumi bulat setelah Columbus berlayar hingga benua Amerika pada abad ke-15.

Bumi yang berbentuk bulat ini adalah sebuah bola raksasa dengan diameter 14.800 km dan kelilingnya mencapai 40.000 km. Bayangkan, panjang pulau Jawa hanya 1.000 km dan Sumatera 3.500 km serta dari Sabang-Marauke sejauh 5.000 km. Karena itu, untuk mencapai inti atau pusat bumi, manusia harus mampu menembus perut bumi sedalam 7.400 km atau panjang jari-jari bumi. Jangankan untuk sampai ke inti bumi yang memiliki suhu 20.000 drajat celcius itu, untuk menembus kulit bumi yang tebalnya 50 km saja sampai sekarang manusia belum mampu. Manusia sekarang paling dalam menembus bumi sedalam 5 km, yakni sebagai perbandingan Lumpur Lapindo muncul dari kedalaman 3 km.

Gempa tektonik terjadi karena adanya gesekan atau goncangan pada kulit bumi yang tebalnya 50 km dan berbentuk benda keras (granit). Maka tidaklah mengherankan jika gempa Tasikmalaya berada pada kedalaman 30 km. Berarti masih dalam kulit bumi. Sementara di bawahnya terdapat lapisan yang kental dan liat (basalt) yang bersuhu 2,000 derajat celsius dengan ketebalan 3.000 km. Dengan demikian, jika dibandingkan dengan lapisan basalt, maka ketebalan kulit bumi sangatlah tipis karena hanya 1/60-nya. Tetapi di atas kulit yang tipis itu sangatlah menentukan karena terdapat kehidupan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, gunung, hutan, daratan dan lautan di seluruh dunia.

Maka sangatlah tepat jika Alquran menyebutkan pada hari kiamat nanti akan terjadi gempa bumi dahsyat dan bumi akan mengeluarkan segala isinya yang berat. Memang isi dalam bumi sangatlah berat termasuk barang-barang tambang. Karena tekanan di dalam bumi yang begitu kuat, sampai-sampai berat jenis lapisan inti bumi mencapai 13. Sebagai perbandingan berat jenis batu granit adalah 2,7 kali berat jenis air. Benda dengan berat jenis 13 jika sampai keluar dari dalam perut bumi sebagai dampak dari gempa dahsyat pada hari kiamat nanti itu tidak dapat kita bayangkan bagaimana keadaan manusia di atasnya.

Satu gunung saja meletus akan mengeluarkan isi yang demikian berat dan suhu yang tinggi seperti bebatuan dan lava. Padahal pada hari kiamat nanti, seluruh gunung akan meletus. Baik gunung di daratan maupun di dalam lautan. Sebenarnya ’’akar tunjang’’ dari gunung di seluruh dunia berada di atas lapisan basalt yang kental dan liat di kedalaman perut bumi.

Maka benarlah ayat Alquran di atas. Sesungguhnya gunung-gunung itu seperti kapal yang berlayar di laut atau berlayar di atas lapisan basalt yang selalu bergerak di dalam perut bumi. Gunung-gunung itu juga tidak diam tetapi bergerak seperti awan sebab gunung sebagai pasak bumi ikut bersama bumi berevolusi mengitari matahari dengan kecepatan yang tinggi.

Dengan demikian, pada hari kiamat nanti akan terjadi gabungan tiga gempa bumi dahsyat, yakni gempa vulkanik, gempa tektonik dan gempa runtuhan yang terjadi secara bersamaan. Keadaan umat manusia di bumi pada hari kiamat nanti akan persis sebagaimana disebutkan dalam Surat Az-Zalzalah ayat 1-8. (80)

Pergerakan Gunung

Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Qur'an, 27:88)

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)

Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
Read more: http://www.bum1.info/2012/04/cara-membuat-navigasi-paging-halaman.html#ixzz1uCGuelcy